Halaman

MY


(ciptaan Anjas Noviansyah) Welcome To This Blog THANK YOU FOR VISITING THIS BLOG AND DO NOT FORGET TO SHARE THIS BLOG PAGE AND BE MY FOLLOWERS ON THIS BLOG. THANK YOU!

Hi guyssss what`s up.

Jumat, 23 November 2012

Tarakan, Kalimantan Timur– Pemkot Tarakan melalui Dinas Kelautan & Perikanan (Diskanlut) dan WWF-Indonesia Rabu (31/7) menandatangani perjanjian kerjasama pengadopsian praktik pengelolaan ramah lingkungan atau Better Management Practice (BMP) Budidaya Udang Windu Tanpa Pakan dan Tanpa Aerasi pada tambak percontohan di Kota Tarakan, Kalimantan Timur. Program ini secara khusus membantu pembudidaya tradisional udang windu.

BMP adalah panduan yang dikeluarkan oleh WWF-Indonesia untuk membantu penerapan praktek perikanan yang bertanggung jawab
secara social dan berkelanjutan secara ekonomi dan kelestarian lingkungan Indonesia. BMP ini sesuai dengan standar Aquaculture Stewardship Council (ASC) untuk perikanan budidaya atau Marine Stewarship Council (MSC) untuk perikanan tangkap. “Program kerjasama ini sejalan dengan arahan dari pemerintah pusat, yaitu peningkatan produksi budidaya udang windu tradisional yang sesuai dengan standar nasional maupun internasional sehingga bisa menjangkau pasar yang lebih luas, ujar Abidinsyah, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Tarakan. Lebih lanjut Sofyan Raka, Asisten II Sekretaris Kota Tarakan menjelaskan “Udang adalah salah satu produk andalan ekspor Kota Tarakan, yang mana dalam 5 tahun terakhir tingkat produksinya berkisar antara 7.000 – 10.000 ton per tahun.”


Udang merupakan produk unggulan Indonesia dan diprediksi tingkat produksinya akan meningkat sebanyak 74,7 % pada tahun 2014. Dengan potensi lahan budidaya yang cukup besar, Indonesia menghadapi tantangan dalam hal budidaya udang, terutama dari sisi teknis. Sehingga perlu dilakukan tindakan secara strategis yang melibatkan seluruh stakeholder penting dalam dunia budidaya udang, yaitu pelaku utama, pengusaha, asosiasi, pemangku kebijakan, perbankan, dan lembaga swadaya masyarakat.” jelas Agus Surono, Kasubdit Budidaya Air Payau dan Laut, DJPB – KKP.
Sebagai salah satu sentra produksi udang berkapasitas sekitar 10.000 ton per tahun dengan target terbesar pasar Jepang, Tarakan mendapat tantangan besar karena pasar ekspor menerapkan aturan yang ketat, mulai dari aspek legalitas tambak, proses budidaya, hingga proses pasca panen harus sesuai dengan prinsip keamanan biodiversitas, keamanan pangan dan pelestarian lingkungan. Dengan kondisi ini, pembudidaya udang Tarakan dan Indonesia pada umumnya harus memulai langkah – langkah antisipasi dengan cara menerapkan prinsip-prinsip budidaya yang ramah lingkungan dan bertanggungjawab.
“Trend ‘hijau’ seperti ini memang mulai masuk ke segala komoditi, termasuk udang budidaya,” ujar Wawan Ridwan, Direktur Program Kelautan WWF-Indonesia.WWF menawarkan BMP Budidaya Udang Windu Tanpa Pakan dan Tanpa Aerasi ini, dan Pemkot Tarakan melalui Diskanlut Kota Tarakan menjadi pihak yang pertama mengadopsi sistem ini di tingkat pemerintah secara resmi. Karena itu kami sepenuhnya mendukung dan juga turut berinvestasi dalam program ini untuk kurun waktu sedikitnya satu tahun,” lanjutnya.
Kerjasama ini bertujuan untuk mensosialisasikan BMP kepada pembudidaya udang di Kota Tarakan dan mengimplementasikannya pada tambak percontohan seluas 5 hektar, sehingga selain sesuai dengan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) yang dikeluarkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), juga mematuhi prinsip yang diwajibkan oleh standar Shrimp Aquaculture Dialogue (ShAD - ASC).
Hadir dalam cara penandatanganan tersebut perwakilan Walikota Tarakan yaitu Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan; Ir. Sofyan Raka, M.Si, perwakilan Dirjen Perikanan Budidaya, Kementrian Kelautan dan Perikanan (DJPB – KKP), yaitu Kasubdit Budidaya Air Payau dan Laut; Ir. Agus Surono, MM, perwakilan dari Bappeda Kota Tarakan, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Tarakan, PT Mina Mustika Aurora, Universitas Borneo Tarakan, dan kelompok pembudidaya percontohan “Tambak Mandiri”.
Candhika Yusuf, Koordinator Perikanan Budidaya di Program Kelautan WWF-Indonesia, menjelaskan, “Dalam 6 bulan ke depan, tambak percontohan ini diharapkan memberi hasil udang yang bisa dikategorikan mendekati ramah lingkungan dan bertanggungjawab. Selain itu, kita juga bekerjasama dengan satu perusahaan pemrosesan dan eksportir udang di Kota Tarakan sebagai salah satu solusi untuk pemasaran produk yang akan dihasilkan tersebut.”
Program kerjasama ini terdiri dari tiga tahap, yaitu; tahap persiapan, penyiapan administrasi legal kelompok pembudidaya dan persiapan lahan tambak; tahap implementasi, dimana WWF-Indonesia dan Diskanlut Kota Tarakan berbagi peran dalam perbaikan fisik tambak, pembelian benur udang berkualitas tinggi, pendampingan teknis budidaya sesuai dengan BMP, serta pengorganisasian kelompok; dan tahap evaluasi dan pelaporan. Untuk kerjasama ini, pihak Diskanlut Kota Tarakan mengalokasikan anggarannya yang bersumber dari program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Budidaya (PUMP PB), Dirjen Perikanan Budidaya, Kementrian Kelautan dan Perikanan tahun 2012.
Uji coba ini diharapkan dapat memberi pembelajaran tentang implementasi BMP ini untuk direplikasi pada tambak-tambak lainnya di wilayah Tarakan dan sekitarnya. “DJPB menyampaikan apresiasi dan pengharagaan yang tinggi kepada WWF-Indonesia yang telah bekerja bersama masyarakat pembudidaya di Tarakan dan sekitarnya dan diharapkan kerjasama ini dapat menjadi contoh bagi stakeholder lainnya untuk dapat turut serta  berpartisipasi dan berperan dalam membina para pembudidaya hingga dapat meningkatkan produktifitas dan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Hal tersebut  pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan para pembudidaya itu sendiri.” ujar Agus Surono.
***
Untuk informasi lebih lanjut:
  • Candhika Yusuf, Koordinator Perikanan Budidaya, Program Kelautan WWF-Indonesia, +62 8115410512, cyusuf@wwf.or.id
  • M. Budi Santosa, Fisheries Officer - Tarakan, Program Kelautan WWF-Indonesia, +62 8118004430, msantosa@wwf.or.id  
Catatan untuk Redaksi:
·         Tentang Better Management Practice: WWF-Indonesia sejauh ini sudah mengeluarkan sembilan panduan perikanan bertanggung jawab yang bisa digunakan oleh praktisi perikanan sesuai peruntukannya. BMP yang tersedia adalah:
1.    BMP Budidaya Tambak Udang Windu, Tanpa Pakan dan Tanpa Aerasi
2.    BMP Budidaya Tambak Udang Windu, Dengan Pemberian Pakan dan Tanpa Aerasi
3.    BMP Mencegah dan Mengatasi Penyakit Udang Windu pada Budidaya Tambak Tradisional dan Semi Intensif
4.    BMP Budidaya Kerapu
5.    BMP Budidaya Ikan Nila
6.    BMP Perikanan Tuna
7.    BMP Perikanan Kerapu dan Kakap
8.    BMP Pengoperasian Tina Longline Ramah Lingkungan
9.    BMP Penanganan Penyu Sebagai Hasil Tangkapan Sampingan (Bycatch) pada Alat Tangkap Longline dan Trawl

BMP Budidaya Udang Windu, Tanpa Pakan dan Tanpa Aerasi dihasilkan dari  pengalaman bersama para pembudidaya percontohan di 2 lokasi di Indonesia yaitu di Aceh dan Tarakan, dengan menggunakan dasar prinsip-prinsip ShAD – ASC, serta berdasarkan masukan dari para ahli yang berkompeten.

Tentang WWF-Indonesia:
  • WWF-Indonesia adalah adalah organisasi konservasi nasional berbentuk yayasan yang merupakan bagian dari jaringan global WWF, yaitu jaringan konservasi mandiri terbesar dan sangat berpengalaman di dunia. WWF-Indonesia bergiat di 27 wilayah kerja lapangan di 17 provinsi.
  • Misi WWF-Indonesia adalah menyelamatkan keanekaragaman hayati dan mengurangi dampak aktifitas manusia melalui: Promosi etika konservasi yang kuat, kesadartahuan dan upaya-upaya konservasi di kalangan masyarakat Indonesia; Fasilitasi upaya multi-pihak untuk perlindungan keanekaragaman hayati dan proses-proses ekologis pada skala ekoregion; Advokasi kebijakan, hukum dan penegakkan hukum yang mendukung konservasi, dan; Penggalakkan konservasi untuk kesejahteraan manusia, melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar