Foto : Pasukan oposisi Suriah (IST)
"Saya melihat di televisi tentang apa yang terjadi di Suriah. Saya tidak pernah bisa berpikir, bagaimana seorang bocah tewas dalam perang itu," ujar mantan AU Spanyol Luis Munar, seperti dikutip AFP, Kamis (13/12/2012).
Munar meninggalkan keluarganya di tengah krisis ekonomi yang saat ini menerjang Eropa. Munar juga tidak dibayar sepeserpun untuk pergi ke Suriah. Namun seorang ekspatriat Suriah sepakat untuk menyediakan akomodasi bagi Munar.
Setelah memasuki Suriah lewat Bab al-Hawa, Munar langsung mengadakan kontak dengan Brigade Al-Faruq. Kelompok bersenjata itu terdiri dari 12 ribu orang. Munar pun cukup bangga melatih brigade itu.
"Saya bisa mengatakan dengan bangga, mereka yang hadir di kelas saya masih hidup. Hanya dua orang pasukan yang terluka," imbuhnya.
Pada kunjungan pertamanya, Munar melatih pemuda-pemuda untuk bertarung dengan tangan kosong dan menggunakan senapan AK-47. Menurut Munar, banyak di antara mereka yang tidak pernah memegang senjata, seumur hidupnya.
Para pasukan oposisi makin hari dinyatakan makin berani. Munar memutuskan untuk melatih mereka menggunakan senjata anti-tank dan anti-serangan udara. Munar turut menginstruksikan mereka untuk berperang di wilayah kota.
Dalam perbincangannya dengan Munar, pasukan oposisi cukup marah dengan Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Mereka merasa, negara-negara besar itu telah mengabaikan oposisi Suriah. Banyak di antara mereka yang justru lebih memilih agar negaranya diintervensi seperti halnya Libya.(
Tidak ada komentar:
Posting Komentar